Cara Menanggapi Pembacaan Cerpen
Saturday, December 23, 2017
Edit
menanggapi Cerpen - Kamu tentu sudah pernah membaca cerpen atau cerita pendek. Pernahkan kamu menonton acara pembacaan cerpen? Bagaimanakah cara pembacaannya? Apakah lafal dan intonasi yang dibaca sudah tepat? Dapatkah kamu memahami isi cerpen tersebut?
Cerpen merupakan ragam cerita rekaan yang terdiri atas kurang lebih 10.000 kata, habis dibaca dengan sekali duduk, dan memberikan kesan tunggal dari konflik dominan. Cerita terpusat pada satu tokoh dalam satu situasi tertentu serta tidak ada perubahan nasib pada pelaku.
Ciri-ciri cerpen antara lain:
- panjang cerita tidak lebih dari 10.000 kata,
- mengandung satu gagasan utama,
- menyajikan kejadian yang paling menarik, dan
- berakhir dengan penyelesaian.
Untuk memahami isi cerpen dengan tepat, cerpen harus dibaca dengan interpretasi yang tepat. Selain itu, intonasi, artikulasi, dan pelafalan berperan penting agar pendengar dapat dengan mudah menangkap dan memahami isi cerita pendek. Penggunaaan gestur (gerak tubuh) yang tepat akan mendukung pemahaman pembacaan tersebut.
Bacalah dengan cermat teks cerpen berikut!
Wirley dan Mijeni
Oleh Dwiha
Mijeni tidur sendirian di dalam kamar setelah mematikan komputer. Ia membiarkan pintu kamar terbuka sehingga suaminya bisa masuk kapan saja seandainya tiba-tiba terbangun. Beberapa waktu lamanya mata Mijeni belum bisa terpejam. Pikirannya melayang pada lumbung beras yang kian menipis isinya. Beras melangit harganya. Mijeni tak pernah bisa mengerti, tetapi selalu bisa memaklumi tentang harga beras. Wirley suaminya pernah menjelaskan perihal hasil diskusinya dengan beberapa kawan tentang beras, tetapi Mijeni tetap tak bisa memahaminya.
Awal tahun ini harga beras melambung tinggi. Stok beras dikhawatirkan tidak mencukupi. Pemerintah mengimpor beras dari Vietnam. Padahal, berita di radio menyebutkan bahwa Departemen Pertanian memberi laporan produksi beras surplus sekian ton. Lalu, mengapa harus impor beras? Mengapa harga beras begitu tinggi ? Menggapai pula harus makan nasi?
Mijeni tak mampu memecahkan teka-teki serumit itu. Ia hanya tahu suaminya mudah merasa lapar dan ia harus menyiapkan makanan. Ia sendiri selalu makan dengan porsi yang sedikit. Mijeni membawa perkara itu ke dalam tidurnya. Ia bermimpi menjelma Dewi Sri yang menangis menyaksikan para petani padi tidak makan nasi dari beras hasil jerih payahnya. Daripada beras dibikin nasi mending dijual buat beli pupuk. Petani menerima dengan ikhlas makan umbi agar pemerintah tidak khawatir cadangan makanan pokok habis atau agar produksi beras surplus dan bisa diekspor.
“Mijeni !!!”
Mijeni terbangun oleh teriakan Wirley dari luar kamar. Tergesa-gesa ia menghampir suaminya.
“Siapa yang mematikan komputer?” tanya Wirley.
“Aku mencabut stop kontaknya.” Mijeni menjawab gugup.
“Tulisan di dalamnya berharga ratusan ribu, aku belum menyimpannya, dan kau mematikan komputernya.” Wirley geram. Mijeni sangat merasa seakan-akan ia telah menghilangkan benda suaminya.
“Maafkan aku!” Mijeni mengiba.
“Maaf? Otakku terbatas dan kau seenaknya minta maaf ? Naskah itu seharga ratusan ribu.” Wirley putus asa, “ Ini salahmu !” tuduhnya, “Aku tak bisa menggajimu seminggu ini.” Lanjutnya.
Beberapa hari lumbung beras Mijeni benar-benar kosong. Wirley tak mau tahu dan terus-menerus menyiksa perasaan Mijeni dengan rasa
laparnya. Cacing-cacing dalam perut Wirley sudah pada demonstrasi sehingga membuat perutnya melilit. Sekali lagi Mijeni terharu oleh ketidakberdayaan suaminya melawan nafsu makannya sendiri.
Mijeni lantas memberanikan diri untuk ngutang beras di toko Babah Liong. Babah Liong marah-marah dan tidak mengizinkannya. Mijeni pulang ke rumah dengan rasa kecewa dan rasa bersalah yang berlipat-lipat. Ketika ia melihat wajah tak berdaya suaminya, terbersit keinginannya untuk mencuri beras saat Babah Liong tidak ada di toko. Maka terjadilah, pada waktu Babah Liong meninggalkan toko, hanya ada seorang penjaga, suasana sudah sepi, Mijeni bermaksud melaksanakan niatnya.
Mijeni mengendap-endap menuju gudang beras. Namun, Mijeni bukan pencuri, jadi ia tidak pandai mencuri. Ia ketakutan dan gugup. Tangannya gemetar saat menyentuh plastik-plastik beras Babah Liong. Mijeni kurang cekatan sehingga beberapa kantong plastik beras terjatuh dan beras berceceran. Penjaga toko itu memergokinya, kontan Mijeni lari terbirit-birit. Penjaga toko berteriak kesetanan.
“Maling ... maling !!!”
Penjaga toko lari mengejar. Teriakannya membuat orang-orang di sekitar toko ikut mengejar. Sambil terus berlari seseorang bertanya kepada penjaga toko,
“Maling itu mencuri apa ?”
“Beras! Tadi ia di gudang beras,” jawab penjaga toko.
“Tapi dia tidak membawa apa-apa,” seseorang berkata lagi.
“Ia tetap harus ditangkap untuk mengetahui motifnya berada di gudang beras, mungkin saja ia menaruh bom,” penjaga toko berprasangka.
“Kau yakin ia membawa bom?”
“Tentu!”
“Kau benar-benar yakin?” desak seorang itu.
“Bukankah segala hal mungkin.” ragu-ragu penjaga toko menjawab.
Belum sempat seseorang itu bertanya lagi, terdengar letupan dari gudang beras Babah Liong. Gudang beras itu terbakar. Secepat kilat seseorang itu mengeluarkan pistol dari balik bajunya, lalu berlari lebih cepat meninggalkan orang-orang dan penjaga toko yang ternyata bisa tertinggal jauh oleh Mijeni. Seseorang itu mengarahkan moncong pistol kepada Mijeni.
Secara mengejutkan, Mijeni merasakan benda asing menembus bahunya meskipun ia sadar bahwa dengan cara apa pun maut telah menjemput. Wajah Wirley melintas-lintas dalam pikirannya, Wirley yang kelaparan, Wirley yang tak berdaya, Wirley yang menyedihkan, Wirley yang malang, Wirley yang tersayang. Pandangan matanya yang kian buram kini menjadi benar-benar gelap. Mijeni roboh bersimbah darah.
Keesokan paginya Wirley membaca koran setempat yang memberitakan bahwa seorang perempuan berinsial Mj, yang diduga kuat terkait jaringan teroris tewas ditembak polisi setelah meledakkan gudang beras Babah Liong. Kerugian yang diderita Babah Liong diperkirakan mencapai sekian ratus juta dan ditutup oleh pihak asuransi. Ia bergegas pulang ke rumah dari tempat rentalan untuk minum kopi dan menceritakan peristiwa tersebut kepada Mijeni.
Format penilaian menanggapi cara pembacaan cerpen oleh Winanti
No
|
Uraian/Indikator
Penilaian
|
Score
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Kekuatan vokal
Intonasi
Pelafalan
Interpretasi
Teknik/representatif/
pembacaan
Penampilan umum
|
75
80
80
80
75
85
|
Karakter vokal sesuai isi cerpen.
Intonasi tepat.
Pelafalan jelas.
Interpretasi tidak menyimpang.
Teknik penyampaian secara lisan
lugas tapi kurang didukung gestur.
Penampilan menarik.
|
Total Skor
|
475
|
Keterangan score:
10 – 50 = Cukup
60 – 80 = Baik
85 – 90 = Sangat baik
100 = Sempurna
Kesimpulan: Wiranti memiliki kecakapan baik dalam membacakan cerita pendek.
10 – 50 = Cukup
60 – 80 = Baik
85 – 90 = Sangat baik
100 = Sempurna
Kesimpulan: Wiranti memiliki kecakapan baik dalam membacakan cerita pendek.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
- Apakah yang dimaksud dengan cerpen?
- Sebutkan ciri-ciri cerpen!
- Bagaimana cara memahami cerpen yang baik?
- Bagaimana cara membaca cerpen yang baik?
- Apa yang dimaksud dengan intonasi, artikulasi, dan gestur?
Sumber: ilmubindo